Sore tadi, tiba tiba handphone mendendangkan lagu Boku wa Kuma tanda bahwa ada telepon masuk. Suatu hal yang jarang terjadi. Walaupun tidak sepenuhnya musykil.
“Ka, lagi di lab kan?”
“Ka, mo nonton Wayang Jazz ga?”
“Kalo sekarang aja gimana?”
“Di Sabuga”
“Ada sisa tiket nih”
“Cepetan!”
“….”
Ok.
Jadilah menonton Wayang Jazz, sebuah acara charity yang digagas oleh alumni ’75. Tas dicangklong dan segera melangkah ke Sabuga. Sempat bertemu dan say hi dengan ibu Amy yang berjaga di pintu masuk.
Karena ini adalah acara orang-orang penting, maka yang membuka adalah menteri pariwisata, Jero Wacik. Selain itu beliau sempat menyumbangkan sedikit pita suaranya dengan 2 lagu.
Feature show dimulai setelah beberapa sambutan dan pidato yang mbanyu mili tak berkesudahan. Beberapa artis baheula seperti Ikang Fawzi dan Memes ikut tampil. Usia memang sudah berkepala seperti Rahwana sebelum dipanah Rama, tetapi suara masih tetap prima dan mereka mampu meng-entertain dengan baik. Menjadi penyanyi ternyata tidak cukup hanya dengan bekal suara yang indah saja. Mungkin hal ini bisa menjadi masukan bagi ajang kontes idol-idolan dan bintang-bintangan di tipi-tipi itu. Tak lupa pak Jero Wacik lagi-lagi menyumbangkan lagu. Berusaha tetap eksis tampaknya.
Setelah dua jam lebih feature show, akhirnya acara utamanya dimulai. Wayang Jazz dengan cerita yang katanya diilhami dari Mahabarata. Show utamanya sendiri, jujur kurang menarik. Tidak ada narasi menyebabkan show hanya berisi joged kesana kemari tanpa makna.
Tetapi untunglah masih ada sisi menariknya yaitu wayang pasir. Lebih tepatnya adalah lukisan (di atas) pasir yang dilukis langsung dan ditampilkan di layar projektor sebagai background pertunjukan. Ini adalah pertama kali saya menyaksikan seniman lukisan pasir bekerja. Lukisannya sangat indah dan mampu menggambarkan plot cerita, sehingga sedikit mengisi kekosongan narasi.
Kalau dari pamflet yang diberikan di pintu masuk, plot cerita dimulai dari kisruh di Astinapura. Kemudian perkenalan dengan Pandawa, Kurawa, dan wanita-wanita yang terlibat. Setelah itu adalah dugem. Ya dugem, sebelum perang dimulai.
Setelah dugem, perang Baratayuda dimulai, diikuti dengan adegan kematian, dan diakhiri kesimpulan bahwa perang hanya membawa kesengsaraan dan penderitaan sehingga semua tokoh bangkit lagi, bergandengan tangan, dan berbahagia di Nirwana.
Nyentrik dan aneh memang, tapi ya sudahlah, namanya juga Wayang yang nge-Jazz.
note: all pictures are taken on aps-c (1.6x), 28mm, f/5.6, iso 3200
18 Comments
ehemmmm…..ehmmm…………….
cuit…cuit……prikitiiiwww…….
nonton ama sapa ini pik???
Btw, keliatannya menarik pik…
ehm ehm ciecie ka sapik nonton ama siapa nih.. *ngikut2 ka anjas.. :p
Halah,
Lah wong cuma dapat lungsuran tiket saja kok.
Jadi Sapik cm jadi ban serep……wakatta…. 😉
-__|__-‘
betul
sebenernya itu udah diatur sedemikian sehingga tiket itu jatuh ke tangan lu piq. seakan2 lungsuran, padahal …
ehemmmmmmmmmmmmm…………sapiq punya secret admirer nih.
Lanjut gan 😉
iya wayang pasir keren bangeeeeeeeeeetttt
walopun aku cuman liat di tipi pas jusuf kalla kalah. yang ngedalangnya sujiwo tejo yang masirnya gak tau sapa, tapi kereeennn,, dan mendalam 😀
Memang bagus, cuma gerak-gerakin tangan aja jadi gambar, salah dikit aja dah bubar pastinya. Sayangnya lama-kelamaan gambarnya makin penuh dan ga jelas lagi
Alumni ITB 75 memang lagi getol bikin acara budaya…dulu reuninya sempat di Taman Ismail Marzuki (saya n suami nonton) bikin ketoprak..sekarang merambah ke wayang jazz. Menarik, apalagi ini merupakan kesempatan menggunakan otak kanan, karena sehari-harinya alumni yang rata2 udah jadi pejabat itu (ada mantan ratu Indonesia, yang sekarang Direktur di perusahaan farmasi) sibuk memikirkan berbagai hal yang lebih banyak menggunakan otak kiri
Fik, aku ngiri dengan foto-foto mu yang selalu indah…..
Waduh makasih bu atas pujiannya (kepalanya makin gede 😀 )
Iya saya sempat baca post ibu tentang ketoprak. Kalau semalam yang mendominasi adalah alumni Sipil, sponsor utamanya dinas Pekerjaan Umum.
Marissa Haque dan Ikang Fawzi mendukung REUNI tampil di Sabuga Bandung bersama tim ITB alumni 75. Maju terus!!!
terimakasih banyak untuk kebersamaannya semalam alhamdulillah…rock you!
Hati yang bernyanyi…alhamdulillah hasil kebersamaan dengan ITB angkatan 75 di Sabuga, Bandung. Ikang fawzi, Addie MS, Memes, Marissa Haque, Adjie Soetama, Oddie Agam, Mus Mujiono, dan Band KSP friends are forever… rock you!
Terimakasih banyak band KSP dari Unpar teman-teman Adjie Soetama, Mas Luki dan gank Cafe Halaman…mau God bless you always…
Ini Ikang Fawzi dan Marissa Haque beneran? 😀
Hehehe… Kalo Mas Syafiq nyadar, saya ada di antara para panitia berbaju putih dan ber-slayer kuning. Saya jadi sukarelawan ngebantuin acara itu. 🙂
Emang bener keren banget pas opera-nya. Waktu nyanyi2 sama grup REUNI sih jujur aja saya bosen. Pas udah mulai operanya, saya langsung melek lagi. Wayang pasirnya mantab, keren banget. Salut buat lulusan SR 80. 😀 (lupa namanya Pak siapa..)
Saya suka music score-nya, jadi inget sontrek game. 😆
Ohoho, wah selamat deh, sukses acaranya 😀
Hati yang bernyanyi…alhamdulillah hasil kebersamaan dengan ITB angkatan 75 di Sabuga, Bandung. Ikang fawzi, Addie MS, Memes, Marissa Haque, Adjie Soetama, Oddie Agam, Mus Mujiono, dan Band KSP friends are forever… rock you!
Terimakasih banyak band KSP dari Unpar teman-teman Adjie Soetama, Mas Luki dan gank Cafe Halaman…mau God bless you always…
Mbak Marissa Haque cantik dan anggun sekali pakai baju malam warna pink muda pas dan klop dengan kang Ikang Fawzi yang ganteng walau masih recovery sakit thypus.